Tidak ada produk di keranjang
Sejarah dan asal-usul Bra / BH.
Di Indonesia, bra juga populer dengan sebutan beha atau kutang. Bicara soal pakaian dalam yang menutupi dada ini, tahukah kamu bentuk bra pertama seperti apa? Bagaimana sejarah bra sebenarnya? bagi Mom’s & Ladies pecinta Produk FIORI harus tahu nih.
Wanita telah mengikat dan menopang payudara mereka selama berabad-abad. Bra pertama mungkin berasal dari Yunani kuno, di mana wanita membungkus pita kain di dada mereka, mengikat atau menjepitnya di belakang.
Mengapa pakaian dalam wanita yang satu ini disebut bra?
Kata "brassiere" digunakan sebagai konsep yang tersebar luas. Kata tersebut berasal dari bahasa Prancis yang berarti "lengan atas". DeBevoise Company menggunakan istilah itu dalam iklan untuk kamisol yang didukung tulang ikan paus.
Menurut majalah Life, pada tahun 1889 Herminie Cadolle dari Perancis menemukan bra modern pertama. Bra muncul dalam katalog korset sebagai pakaian dalam dua potong, yang awalnya dia sebut ngarai korselet, dan kemudian le bien-être yang berarti kesejahteraan.
Pakaiannya secara efektif memotong korset tradisional menjadi dua: Bagian bawah adalah korset untuk pinggang dan bagian atas menopang payudara dengan tali bahu. Saat itu bra dirancang untuk menopang dada dan didukung oleh bahu.
Herminie mematenkan penemuannya dan menunjukkannya di Pameran Besar tahun 1889. Perusahaan milik keluarganya mengklaim bahwa Herminie membebaskan wanita dengan menciptakan bra pertama.
Pakaian dalam wanita yang satu ini diberikan sebutan "bra' dikarenakan pada hari itu, 3 November 1914, Kantor Paten dan Merek Dagang Amerika Serikat memberikan hak paten kepada Mary Phelps Jacobs untuk pakaian yang dia sebut "brassiere".
Pada 1920, gadis di era ini justru menginginkan bentuk payudara rata seperti anak-anak. Sehingga pada 1926, Mark dan Spencer meluncurkan bra pertama mereka dengan versi yang diinginkan khalayak.
Pada 1930, bra satu ukuran dirasa sudah tidak memungkinkan bagi payudara wanita. Pada masa ini bra dibuat dengan berbagai ukuran dari A-D dengan pengait di bagian belakang.
Pada 1940, seorang sutradara film Howard Hughes merancang bra baja untuk Jane Russell dalam film The Outlaw. Bra yang dikenal sebagai bra peluru ini diadopsi oleh aktris Hollywood seperti Lana Turner, Marilyn Monroe dan Jayne Mansfield.
Pada 1950, berbagai merk bra mulai bermunculan seperti Maidenform, Berlei, Triumph dan Marks and Spencer. Bentuknya lebih empuk dengan pola kerucut.
Pada 1960, seorang warga negara Kanada, Louise Poirier memodifikasi bra menjadi bentuk yang lebih menarik dengan menonjolkan belahan payudara. Hal itu merevolusi industri dan cara perempuan berpikir tentang bra mereka. Bra ini memungkinkan pilihan yang lebih nyaman bagi wanita dengan pakaian yang lebih ketat.
Pada 1970, di era ini bra olahraga (sport bra) mulai diluncurkan. Pada tahun 1977 Marks and Spencer meluncurkan bra Scanlace segitiga. Hanya dalam 18 bulan penjualan melebihi lebih dari satu juta. Wanita di era ini gemar meningkatkan gaya hidup berolahraga. Hal ini dibidik produsen sebagai pasar yang besar.
Pada 1980, bra mulai dimodifikasi menjadi aksesoris yang berada diluar pakaian. Seperti dress atau lingerie. Selain itu pada tahun 1983, bra untuk dress punggung terbuka (backless) mulai dikembangkan.
Pada 1990, model bra diinspirasi oleh gaya berpakaian artis cantik Madonna. Selain itu model bra kerucut yang sering populer di tahun 1940an juga kembali menjadi trend.
Pada 2000 hingga saat ini, perkembangan payudara wanita meningkat rata-rata menjadi 36D. Sehingga produsen fokus mengembangkan improvisasi. Ukuran bra juga ditingkatkan dari A sampai K.
Di Indonesia sendiri bra lebih populer dengan sebutan BH. Bagaimana asal-usul penyebutan BH di Tanah Air?
BH sendiri merupakan kepanjangan dari Bustle Houder yang merupakan bahasa Belanda yang memiliki arti penyangga payudara. Masuknya Eropa ke Indonesia mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia yang saat itu masih senang bertelanjang dada. Mereka membawa korset yang merupakan pakaian dalam untuk membuat tubuh menjadi lebih ramping.
Menurut desainer dan pengamat mode Sonny Muchlison, keraton yang dikenal sangat mengikuti tren dalam berpakaian juga ikut mempopulerkan korset, terutama saat era Soekarno. Namun karena munculnya bh atau bra, penggunaan korset pun mulai berkurang dan wanita banyak yang beralih menggunakan bra.
Note : setiap kata bra diberi link ke justfiori.com